Minggu, 08 Juli 2007

Bermain musik dengan Bambu

Musik adalah bahasa universal. Siapapun, di manapun bisa menikmati musik tanpa ada batasan wilayah, ras, bangsa, dan agama. Walaupun kehadiran beragam jenis musik itu mungkin saja sebagai bentuk pengungkapan identitas sebuah negara, ras, etnis , bahkan agama tertentu. Begitu pula dengan musik tradisional Indonesia. Tak harus orang Indonesia yang menikmati, karena siapa yang menyangka ketika telinga orang Indonesia sendiri belum mendengarkan, musik etnik Indonesia sudah menembus mancanegara.Alat musik tradisional pun memiliki banyak ragam misalnya alat musik petik seperti kecapi, sasando, banjo, ukulele, mandolin, gambus; alat musik gesek seperti rebab; alat musik tiup seperti seruling, dan alat musik pukul seperti tamborin, tanjidor, rebana dan gamelan.Musik bambu salah satu bagian dari musik tradisional Indonesia. Kenapa dikatakan musik bambu? Alasan mendasar, mungkin karena berbahan dasar tanaman bambu. Sepertinya, hampir seluruh etnis yang ada di Indonesia memiliki musik tradisional berbahan dasar bambu. Tapi tentu saja memiliki perbedaan dari segi bentuk, cara memainkan, ritme, hingga makna filosofis. Sebutlah angklung, musik tradisional asal tanah parahyangan, yang dibunyikan dengan digoyangkan. Berbeda halnya dengan angklung, musik asal minahasa bambu melulu, dimainkan dengan cara ditiup diiringi suara tambur. Jegog, yang berasal dari Jembrana, Bali, dimainkan dengan cara dipukul.Musik bambu yang mengalami perkembangan wajar di seluruh Indonesia adalah suling. Hampir setiap suku bangsa di Indonesia mengenal dan memiliki suling dengan bentuk dan jenis berbeda. Contohnya di Sunda terdapat semacam suling yang disebut Surilit, Taleot, Hatong, Hatong Renteng, Hatong Sekaran, Elet, Calintu dan Bangsing. Di Sumatera Barat ada Saluang, di Nusa Tenggara Timur ada Suling Dewa, di Irian Jaya ada terompet bambu, di Sulawesi ada Kedire, dll.Terlepas dari setiap perbedaan yang ada mengenai musik bambu, baik itu digoyang, ditiup, maupun dipukul, sepertinya menjadi pe-er bagi rakyat Indonesia untuk melestarikannya. Menjadikan musik Indonesia sebagai bahasa universal yang bisa menggali kembali jiwa nasionalisme, tanpa melihat di tanah mana kaki berpijak. (dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar: